Badu, seorang remaja putus sekolah, berambisi menjadi petugas intel kepolisian. Demikianlah pada hari yang ditentukan dia menghadap perwira penguji untuk ujian pengetahuan umum secara lisan.
Penguji: Soal pertama, geografi. Sebutkan kota di pulau Jawa yang selalu mendapat nilai 7?
Badu: Salatiga, pak. Sebab kalau salah dua nilainya pasti 8!
Penguji: Jawabanmu masuk akal, meski bukan itu yang dimaksud. Sekarang Bahasa Indonesia. Uraikan kalimat “Apa sebabnya dinamakan nasi goreng..”
Badu: Sebab Dina lapar.
Penguji: Apa maksud kamu?
Badu: Jawaban sesuai bunyi pertanyaan bapak, “Apa sebabnya Dina makan nasi goreng.”
Penguji: Hmm…boleh juga argumentasi kamu. Lanjut dengan soal fisika. Apa sebabnya suhu udara di Indonesia belakangan ini semakin panas?
Badu: Sebab Matahari buka cabang di mana-mana!
Penguji: Kamu main-main atau mau bercanda, ha?
Badu: Tidak pak. Saya menjawab secara jujur, karena saya orang beragama!
Penguji: Kalau kamu benar-benar orang beragama, siapa yang membunuh Habel?
Badu: Ehm…ehmm… (tergagap).
Penguji: Kalau begitu sekarang juga kamu pulang dan cari tahu!
Ketika Badu tiba di rumah dia sudah ditunggu oleh ibunya dan beberapa teman. “Bagaimana, berhasil? Apa kamu lulus diterima jadi intel?”
“Wah, tidak disangka saya langsung mendapat tugas penting,” jelas Badu dengan bangga.
“Saya diperintahkan segera mencari pembunuh korban bernama Habel!”